Monday, 19 August 2013
Sunday, 10 February 2013
Saidatina Aisyah Binti Abu Bakar As Siddiq
Rasulullah
SAW membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah r.a yang
telah banyak dikenal. Ketika wahyu datang pada Rasulullah SAW, Jibril
membawa kabar bahwa Aisyah adalah isterinya didunia dan diakhirat,
sebagaimana diterangkan didalam hadits riwayat Tirmidzi dari Aisyah r.a,
Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi
SAW, lalu berkata.' Ini adalah istrimu didunia dan di akhirat." Dialah
yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah SWT yang menerangkan
kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebahagian besar riwayat disebutkan bahawa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi SAW untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Aisyah, " Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,' Ini adalah istrimu.' Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,' Jika ini benar dari Allah SWT , niscaya akan terlaksana."
Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan isterinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara isteri-isteri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a. Dengan izin Allah SWT menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham.
Aisyah tinggal dikamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh isteri-isteri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, " Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a."
Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan "Bahawa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,' Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti isteri kecintaan Rasulullah SAW." Sekalipun perasaan cemburu isteri-isteri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, 'Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)'.
Di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bahagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahawa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW. Menjelang wafat, Rasulullah SAW meminta izin kepada isteri-isterinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat.
Dalam hal ini Aisyah berkata, "Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat dipangkuanku." Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, "Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi." Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar berkata, "Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu." Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah Aisyah.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah SWT. Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW.
Ketika isteri-isteri Nabi SAW hendak mengutus Uthman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi SAW yang merupakan bahagian mereka, Aisyah justeru berkata, "Bukankah Rasulullah SAW telah berkata, 'Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah." Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahawa Hafshah binti Abdurrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis.
Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahawa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`. Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan wang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasulullah SAW, "Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma." (HR. Ahmad )
Sumber: Siti Aisyah Bt. Abu Bakar R.A
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebahagian besar riwayat disebutkan bahawa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi SAW untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Aisyah, " Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,' Ini adalah istrimu.' Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,' Jika ini benar dari Allah SWT , niscaya akan terlaksana."
Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan isterinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara isteri-isteri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a. Dengan izin Allah SWT menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham.
Aisyah tinggal dikamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh isteri-isteri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, " Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a."
Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan "Bahawa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,' Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti isteri kecintaan Rasulullah SAW." Sekalipun perasaan cemburu isteri-isteri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, 'Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)'.
Di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bahagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahawa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW. Menjelang wafat, Rasulullah SAW meminta izin kepada isteri-isterinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat.
Dalam hal ini Aisyah berkata, "Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat dipangkuanku." Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, "Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi." Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar berkata, "Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu." Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah Aisyah.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah SWT. Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW.
Ketika isteri-isteri Nabi SAW hendak mengutus Uthman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi SAW yang merupakan bahagian mereka, Aisyah justeru berkata, "Bukankah Rasulullah SAW telah berkata, 'Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah." Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahawa Hafshah binti Abdurrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis.
Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahawa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`. Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan wang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasulullah SAW, "Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma." (HR. Ahmad )
Sumber: Siti Aisyah Bt. Abu Bakar R.A
Wednesday, 23 January 2013
HIJRAH RASULULLAH SAW MELALUI NEGARA MADINAH
Kita sememangnya wajib bersyukur kepada Allah SWT Yang telah memberikan banyak keni'matan kepada kita. Yang seandainya kita diminta menghitungnya, pastinya kita tak akan mampu melakukannya. Dan, keni'matan yang terbesar yang diberikan kepada kita, iaitu Islam. Dan kewujudan kita sebagai orang yang beragama Islam. Sebab, ramai orang yang diberi keni'matan hidup, tetapi tidak semuanya mahu memeluk Islam. Tetapi, keni'matan yang lebih besar lagi, yang diberikan kepada kita ialah wujudnya dakwah Islam dan orang-orang yang memikulnya, sehinggalah Islam ini sampai kepada kita. Dua perkara inilah yang tidak semestinya kita lupakan. Iaitu, dakwah Islam dan orang-orang yang memikulnya, sehinggalah Islam itu sampai kepada kita.
Oleh itu, sangat munasabah apabila Hijrah baginda Rasulullah SAW diperingati sebagai suatu peristiwa sejarah yang paling penting dalam kehidupan dakwah rasulullah SAW. Yang di sini, kita peringati setiap tahunnya dengan nama "Maal Hijrah". Mengapa peristiwa Hijrah baginda Rasulullah SAW ini merupakan peristiwa yang sangat penting?
Pertama, dakwah Rasulullah SAW apabila masih berada di Makkah, telah melalui masa-masa yang sangat sulit. Terutama setelah RAsulullah SAW diperintahkan Allah untuk menyampaikan Islam secara terbuka kepada masyarakat Makkah, dan menunjukkan bahawa baginda tidak bersendirian, melainkan ada jamaah yang menyertainya, setelah Allah menurunkan surah al-Hijr:94:
"Maka sampaikanlah secara terbuka apa yang diperintahkan kepada kamu, dan tentanglah orang-orang musyrik itu."
Setelah ayat ini turun, tepatnya setelah Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthallib memeluk Islam, maka Rasulullah SAW memulakan dakwah secara terbuka. Baginda, kemudian melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah, yang diikuti oleh para sahabat. Sejak itu, para sahabat dan pengikut baginda, termasuklah baginda sendiri, setiap hari menerima penyiksaan daripada penguasa Makkah, dan orang-orang kafir Quraisy.
Pernah baginda sedang shalat berhampiran Ka'bah, leher baginda diikat oleh Uqbah bin Abi Mu'ait, sehingga baginda tidak dapat bernafas, sampai akhirnya baginda ditolong oleh Abu Bakar. Pada masa yang lain, apabila baginda sedang shalat, tengkuk leher baginda dipukul oleh Uqbah bin Mu'ait, sehingga baginda pengsan, dan akhirnya ditolong oleh Fatimah. Puteri baginda itu menangis, sedih, melihat nasib ayahanda tercintanya dianiaya oleh orang-orang kafir. Bukan baginda sahaja yang mengalami nasib buruk seperti itu, malahan keluarga Yasir telah disiksa, sehinggalah Sumayyah meninggal dunia sebagai syahidah pertama.
Setelah penganiayaan secara fizikal tidak mampu menggoyahkan keteguhan para pemikul da'wah ini, maka orang-orang kafir itu telah merancang untuk mengasingkan baginda SAW dan para pengikutnya. Maka, terjadilah rancangan jahat itu selama lebih kurang 3 tahun. Baginda dan para sahabat hidup di sebuah lembah dalam keadaan kekurangan makanan, pakaian, pekerjaan, rumah dan diusir dari Makkah. Dan setelah itulah, baginda meminta para sahabat untuk meninggalkan Makkah menuju ke Habbasyah (Ethiopia-Afrika) untuk mencari perlindungan kepada Raja Najasyi, dengan maksud untuk mempertahankan agama mereka dari serangan secara berterusan yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Maka, orang-orang kafir juga tidak mahu tinggal diam, sehinggalah mereka menyampaikan maklumat-maklumat yang mengelirukan di luar negeri, untuk mengusir kembali kaum muslimin yang berhijrah ke sana. Orang-orang kafir tersebut berusaha untuk mengadu domba Raja Najasyi dengan kaum muslimin, yang akhirnya tidak berjaya.
Sedangkan baginda Rasulullah SAW dan beberapa sahabat masih duduk di Makkah. Justeru menjadikan tindakan orang-orang kafir semakin biadab kepada baginda SAW. Sehingga baginda berfikir untuk mencari perlindungan, kerana dakwah Islam tidak mungkin lagi disebarkan kepada orang-orang Makkah. baginda pada masa itu cuba berhijrah ke Taif, untuk mencari perlindungan kepada Bani Tsaqif, yang akhirnya malah baginda diusir dengan cara tidak sopan. Baginda dilempari dengan batu dan kotoran, sehingga tubuh baginda berlumuran darah dan kotor. Sehinggakan Zaed bin Haritsah menangis, melihatkan keadaan baginda yang sangat menyedihkan itu.
Baginda, mencuba untuk masuk kembali ke Makkah, meskipun baginda tahu bahawa baginda akan dibunuh, apabila berada disana. Maka, baginda berusaha mencari perlindungan kepada Mut'im bin Adi, salah seorang tokoh pemuda Makkah. Dan beliau sanggup melindungi keselamatan baginda SAW dan dakwah baginda. Sejak itulah, baginda berada dalam perlindungan Mut'im bin Adi.
Sejak itu, baginda selalu mendatangi kabilah-kabilah yang datang ke Makkah untuk menyampaikan dakwah Islam yang baginda bawa. Meskipun risikonya sudah jelas sekali bagi baginda, sebagaimana sumpah baginda: "Demi Allah, seandainya mereka boleh meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tetap tidak akan meninggalkan urusan dakwah ini, sehingga ia dimenangkan Allah, atau aku dibinasakan dalam usaha untuk menuntutnya."
Maka, baginda SAW, tetap tidak takut, dan terus-menerus berdakwah, meskipun pada masa itu tidak satu kabilah pun yang menerima. Pernah baginda menyampaikan dakwah ini kepada kabilah Amru bin Sa'sa'ah, yang pada awalnya bersedia menerima seruan dakwah Rasulullah SAW, namun dengan syarat bahawa kepemimpinan setelah baginda mestilah diserahkan kepada kabilah Amru bin Sa'sa'ah, namun hal ini dijawab dengan tegas oleh baginda: "Sesungguhnya perkara (kekuasaan kepemimpinan) ini merupakan hak Allah, yang akan Dia serahkan kepada sesiapa sahaja yang Dia kehendaki."
Setelah jawapan itu disampaikan oleh Rasulullah, baginda langsung diusir dari khemah kabilah Amru bin Sa'sa'ah. Inilah keadaan dakwah dan keteguhan baginda dan para sahabat dalam menyampaikan dakwah Islam. Setelah semuanya itu, Allah memberikan pertolongan dengan dipertemukannya baginda saw. dengan orang-orang Aus dan Hazraj yang datang untuk berhaji ke Makkah. Maka, apabila mereka mendengarkan seruan Rasul untuk mengimaninya, mereka langsung menerimanya, dan setelah itulah terjadi Bai'at Aqabah I, yang dilakukan di bukit Aqabah. Dan ini merupakan titik awal perkembangan dakwah Rasulullah saw. yang pertama, sehinggalah dakwah Islam ini sampai ke Yasrib,(nama Madinah sebelum dirubah oleh baginda saw).
Setelah rombongan Aus dan Hazraj kembali ke Madinah, mereka meminta Nabi saw. untuk mengirimkan orang agar mengajarkan Islam kepada mereka di sana. Ketika itulah, baginda mengirim Mus'ab bin Umair. Salah seorang sahabat Rasulullah, yang sebelumnya merupakan pemuda yang kaya raya, tetapi lebih memilih hidup sederhana bersama Rasulullah. Mus'ab lah yang menyampaikan pelajaran Al-Qu'an kepada penduduk Madinah, sehingga beliau mendapat gelaran sebagai Muqriul Madinah.
Dan ternyatalah dakwah Islam yang disampaikan oleh Mus'ab dan orang-orang Aus dan Hazraj yang telah memeluk Islam itu berjaya merubah public opinion penduduk Madinah, sehinggalah semua orang memperkatakan tentang Islam. Akhirnya, bilangan orang yang menyertai Islam menjadi semakin ramai, sehingga mereka mula melaksanakan solat Jumaah yang pertama kalinya di sana.
Berita ramainya penduduk Madinah yang menyertai Islam ini telah menyenangkan hati Rasulullah saw. dan para sahabat yang masih menyertai baginda di Makkah. Dan untuk membuktikan kesiapan Madinah sebagai pusat tegaknya dan pengembangan Islam, maka baginda meminta Mus'ab untuk mengirimkan mereka ke Makkah. Maka, berangkatlah pada musim haji berikutnya, seramai 75 orang. 73 orang terdiri daripada lelaki, dan 3 orang lainnya adalah perempuan. Mereka kemudian sampai di Makkah dan bertemu langsung dengan Nabi, menyatakan sumpah setia yang dikenal dengan Bai'at Aqabah II. Bai'at ini juga dikenal sebagai sumpah setia untuk hidup dan mati demi Islam. Yang juga merupakan penyerahan kekuasaan orang-orang Madinah kepada Nabi untuk menjadi Ketua Negara Islam. Dan inilah yang mendorong baginda untuk berhijrah ke Madinah.
Kedua, hijrah Rasulullah saw. ke Madinah bukan untuk melarikan diri, atau menyelamatkan diri dari ancaman orang-orang kafir. Tetapi untuk menegakkan Islam, sehingga Islam ini menjadi agama dan ideologi yang boleh disebarkan ke seluruh dunia, untuk menyelamatkan dunia daripada kehancuran. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT. dalam surat At-Taubah: 33 /Al-Fath: 28 /As-Shaf: 9.
"Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang haq, agar Dia memenangkan agamanya, keatas agama-agama yang lainnya."
Maka, tanpa hijrahnya Rasulullah ke Madinah, Islam tidak akan pernah sampai kepada kita di Malaysia. Sebab, tidak pernah wujud negara Islam yang menyebarkan dakwah ke seluruh dunia. Tetapi dengan hijrahnya baginda saw. ke Madinah, maka sejak masa itulah negara Islam berdiri untuk yang pertama kalinya di Madinah, dan sejak itulah Islam disebarkan dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia. Sehinggalah Islam berkembang dengan cepatnya ke seluruh dunia, yang dimulakan dengan penaklukan wilayah Hejaz (622-632 M.) semasa baginda saw. kemudian secara berterusan, wilayah Syam di taklukkan semasa Umar bin Khattab. Sehinggalah Islam masuk Eropah, setelah beberapa wilayahnya ditaklukkan pada tahun 696-705 M. pada masa Khilafah Ummayah. Pada masa yang sama, Islam juga telah sampai di Russia. Dan pada tahun 712, Islam telah sampai di Asia Tenggara.
Tetapi memandangkan pentingnya peristiwa Hijrah Rasulullah saw. ini, maka sememangnya peristiwa ini bukan sekadar menjadi peringatan, melainkan lebih daripada itu. Peristiwa Hijrah tersebut, justeru wajib dijadikan pelajaran, bahawa Islam menjadi agama kita, dan sampai kepada kita bukan merupakan peristiwa kecil, tetapi merupakan peristiwa besar. Kalau bukan kerana pengorbanan Rasul dan para sahabat yang tidak kecil itu, pastilah Islam ini tidak akan sampai ke hari ini. Dan kalau bukan kerana wujudnya orang-orang yang sanggup hidup dan mati demi Islam ini, tentulah Islam ini tidak sampai ke hari ini. Dan kalau bukan kerana wujudnya orang-orang yang rela mengorbankan harta, keluarga dan nyawa mereka, pastinya Islam tidak akan wujud hingga ke hari ini.
Dan oleh itu, kita semua berhutang kepada mereka. Dan kita tidak dapat membayarnya, sebab mereka bukan meminta ganjaran daripada kita. Tetapi, mereka menegakkan Islam dengan seluruh pengorbanan mereka, kerana mereka telah menjual diri mereka kepada Allah, yang jiwa, harta dan semua yang mereka korbankan itu telah dibeli oleh Allah dengan syurga-Nya.
"Sesungguhnya Allah telah membeli daripada orang-orang yang beriman itu, diri dan harta mereka, bahawa mereka akan diberi (imbalan) syurga." (Q.s. At-Taubah: 111).
Saat ini , ketika ini Islam telah kehilangan generasi terbaiknya yang sanggup menjual diri, harta dan nyawanya kepada Allah untuk mendapatkan syurga-Nya, dengan menegakkan Islam. Dan inilah yang menyebabkan hilangnya cahaya petunjuk Islam, setelah runtuhya Khilafah Islamiyah, Turki Othmaniyah, pada 3 Mac 1924. Setelah itu, negeri kaum muslimin berterusan mengalami musibah.
Islam ketika ini memerlukan generasi yang sanggup mengorbankan diri, harta serta nyawa mereka untuk menegakkannya. Kerana sekiranya tanpa itu, Islam mustahil kembali berjaya diperingkat antara bangsa, seperti pada masa baginda dan para sahabat hingga 13 abad kemudian. Maka, semuanya terpulang kepada keimanan dan ketaqwaan kita semua. Tetapi yang wajib diyakini, bahawa syurga dan neraka itu adalah abadi. Syurga merupakan puncak keni'matan yang tidak diberikan secara percuma oleh Allah kepada manusia. Kerana itu, semakin tinggi pengorbanan kita, maka semakin besar keni'matan kita di akhirat kelak. Dan sebaliknya. Akhir kata semoga kita termasuk diantara orang-orang yang sanggup memberikan pengorbanan yang tertinggi demi Islam, semata untuk mencari ridha Allah dan syurga-Nya.
Penghijrahan RASULULLAH S.A.W
RASULULLAH (SAW) berusia 40 tahun apabila malaikat Jibrail (as) melawat baginda ketika baginda sedang berkhalwat di Gua Hira. Jibrail memberitahu Nabi Muhammad, baginda diangkat oleh Allah SWT sebagai rasul untuk seluruh umat manusia.
Pada peringkat awal, Rasulullah hanya memperkenalkan Islam kepada sahabat terdekat dan ahli keluarga baginda. Apabila baginda menerima perintah daripada Allah SWT supaya berdakwah secara terbuka, baginda segera akur.
Baginda mengumpul beberapa pengikut di Makkah. Begitupun, kumpulan kecil Muslim itu terdedah kepada maut berikutan ancaman daripada kaum kafir, terutama bangsa Quraish, yang menyeksa mereka dengan teruk.
Bagi mengelakkan ancaman itu, Rasulullah SAW mengarahkan pengikutnya supaya keluar dari Makkah secara senyap-senyap ke Madinah (ketika itu dikenali sebagai Yathrib). Mereka meninggalkan keluarga yang kafir dan harta benda dan disambut dengan mesra oleh penduduk Madinah. Satu hari pada tahun 622M, iaitu kira-kira 12 tahun selepas berdakwah di Makkah, Rasulullah SAW diberitahu kaum kafirun Makkah merancang membunuh baginda untuk memusnahkan Islam.
Rasulullah menunggu perintah daripada Allah SWT. Malaikat Jibrail (as) menemui baginda untuk memberitahunya Allah SWT mengarahkan baginda supaya meninggalkan Madinah pada waktu malam. Berikutan itu, baginda menemui sahabat baiknya Abu Bakar as-Siddiq (ra) dan memintanya supaya menemani baginda dalam perjalanan itu.
Rasulullah juga memberitahu rancangan baginda kepada Ali bin Abi Talib (ra). Baginda memberitahunya: "Saya akan berhijrah tetapi anda perlu mengambil tempat saya di rumah." Ali (ra) tanpa banyak soal menuruti permintaan Rasulullah (SAW) walaupun menyedari bahaya bakal dihadapinya. Malam itu, sekumpulan Quraish mengepung rumah Rasulullah (SAW).
Mengintai melalui lubang di pintu, mereka nampak seseorang sedang tidur di atas katil Rasulullah (SAW). Mereka begitu yakin Rasulullah tidak dapat melepaskan diri dan mereka pasti dapat membunuh baginda. Apabila fajar menjelang, mereka terperanjat melihat Ali (as) dan bukannya Rasulullah (SAW) bangun dari katil itu.
Mereka terpinga-pinga memikirkan bila Rasulullah (SAW) keluar dari rumah itu. Rasulullah (SAW) dan Abu Bakr (as) keluar dari Makkah pada malam itu juga. Tiada siapa mengetahui arah tujuan mereka dan tiada siapa tahu tempat persembunyian mereka kecuali Abdullah dan anak-anak Abu Bakr, Aishah dan Asma, serta orang gaji mereka, Abdullah.
Rasulullah (SAW) dan Abu Bakr bersembunyi dalam sebuah gua di Gunung Thaur. Selama tiga hari mereka berada dalam gua itu. Apabila kaum Quraish menghampiri gua itu untuk mencari Rasulullah (SAW) tetapi mereka tidak memasukinya. Mereka yakin Rasulullah (SAW) dan Abu Bakr (as) tidak berada di dalam kerana mulut gua itu dilitupi oleh benang sarang labah-labah dan sepasang burung merpati.
Allah SWT membantu dua insan ini, melindungi mereka daripada bahaya. Kumpulan Quraish kemudian meninggalkan gua itu dan bersetuju untuk pulang ke Makkah. Yakin musuh sudah beredar, Rasulullah (SAW) dan Abu Bakr (as) meneruskan perjalanan dengan menaiki unta dibawa oleh orang gaji mereka, Abdullah.
Ketiga-tiga mereka menggunakan laluan tidak diketahui ramai untuk ke Madinah bagi mengelakkan kumpulan pemburu Quraish. Mereka meredah gunung, bukit dan gurun di bawah perit matahari tetapi mereka tidak pernah berputus asa. Mereka meletakkan segala kepercayaan kepada Allah SWT. Sementara itu, kaum Quraish di Makkah semakin marah dengan kehilangan Rasulullah (SAW). Mereka menawarkan hadih kepada sesiapa yang dapat menangkap Rasulullah (SAW).
Ramai yang mencuba nasib tetapi semuanya gagal. Akhirnya dengan perlindungan Allah SWT, Rasulullah (SAW) dan sahabatnya tiba perkampungan kaum Bani Sabin yang menyambut mereka dengan gembira. Setelah sekian lama, Rasulullah (SAW) dan sahabatnya akhir merasakan kehadiran harapan untuk masa depan. Ketika Rasulullah (SAW) dan sahabatnya dalam perjalanan, penduduk Islam yang sudah berpindah ke Madinah sebelum ini mendengar berita mengenai kedatangan pemimpin mereka itu.
Malah penduduk Madinah yang baru memeluk Islam juga gembira dapat bertemu Rasulullah (SAW). Jelaslah, sebelum tibanya Rasulullah di Madinah, Islam semakin kukuh di tempat baru itu, sesuatu yang tidak berlaku ketika berada di Makkah. Maka pada hari Isnin 8 Rabiulawal bersamaan 20 September 622M, Rasulullah (SAW) akhirnya tiba di Quba, sempadan Madinah dan benar-benar masuk ke Kota Madinah pada 12 Rabiulawal, hari Jumaat dan mendirikan solat Jumaat yang pertama di Kampung Bani Amar. Kaum Muslimin semua keluar untuk menyambut baginda.
Bertitik tolak dari itu, Rasulullah (SAW) mula membina sebuah negara Islam yang megah. Baginda memupukkan persaudaraan di kalangan umat Muslim dan menyeru mereka supaya menegakkan yang hak dan mengikut segala perintah Allah SWT.
Kesan daripada penghijrahan Rasulullah (SAW) dari Makkah ke Madinah adalah satu catatan penting sehingga umat Islam menjadikan tahun peristiwa bersejarah ini sebagai tahun permulaan kalendar Islam.
Bersama-sama kita hayati penghijrahan NABI MUHAMMAD SAW dalam menyebarkan Agama Islam.
Sunday, 20 January 2013
Seindah Serikandi
"Dunia ini adalah perhiasan dan seindah-indah perhiasan adalah wanita solehah" (Hadis Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a katanya Nabi saw bersabda : "Perempuan itu
dikahwini kerana 4 perkara,iaitu kerana hartanya,keturunannya,
kecantikannya dan kerana agamanya,maka pilihlah kerana agamanya kelak
engkau akan bahagia" (Hadis Riwayat Muttafaqun Alaih)
"Mana-mana perempuan yang melakukan sembahyang 5 waktu,berpuasa dibulan
ramadhan,menjaga kehormatannya dari yang haram dan mentaati suami,maka
masuklah ia kesyurga dari mana-mana pintu yang ia kehendaki" (Hadis
Riwayat Ahmad)
"Sekiranya aku ini manusia yang boleh memerintahkan mana-mana manusia
untuk sujud kepada manusia lain,maka aku akan menyuruh para isteri sujud
kepada suaminya kerana besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas
mereka" (Hadis Riwayat At-Tirmizi)
"Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik budi
pekertinya dan lemah lembut dengan keluarganya,dan sebaik-baik kamu
ialah yang baik kepada isterinya" (Hadis Riwayat At-Tizmizi)
Dari Abu Hurairah r.a katanya,Rasulullah s.a.w bersabda : "Sesungguhnya
Allah tidak memandang kepada rupa kamu juga tidak memandang kepada harta
kamu,akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kamu" (Hadis
Sahih Riwayat Muslim)
"Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar zarah" (Hadis Riwayat Muslim)
"Carilah duniamu seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya dan
carilah akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok pagi" (Hadis
Riwayat Ibnu Asahin)
"Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian,kecuali mereka
yang beriman dan beramal soleh serta nasehat menasehati di atas
kebenaran dan kesabaran" (surah Al-Asr Ayat : 1-3)
"Sebaik-baik kamu ialah orang
yang tidak meninggalkan akhirat kerana dunianya dan tidak meniggalkan
dunia kerana akhiratnya" (Hadis Riwayat Al-Khatib)
"Gunakanlah 5 perkara sebelum
datang 5 perkara iaitu masa muda sebelum tua,sihat sebelum sakit,kaya
sebelum miskin,lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati" (Hadis
Riwayat Al-Hakim & Al-Baihaqi)
"Perbanyakkanlah mengingati sesuatu yang dapat menghapus segala
keniknatan hidup,iaitu MATI" (Hadis Sahih Riwayat Tirmidzi,Nasaai,Ibnu
Majah & Ibnu Nu'aim)
Subscribe to:
Posts (Atom)